
Sore itu Ana dan suaminya, menerima telefon dari kakaknya yg memintanya untuk menjenguk uwaknya yang sedang sakit keras di kampung. Keesokan harinya Ana dan suami segera bergegas untuk pulang kampung dan langsung menuju rumah uwaknya.
Di rumah uwaknya telah berkumpul beberapa kerabat
dan kyai. Semua yang berada di dalam rumah tengah melantunkan ayat
suci Alquran. Uwak Ana sudah lama sakit keras, namun tak kunjung
meninggal dikarenakan buto ijo peliharaannya tidak sempat dibuang atau
di wariskan. Tubuhnya yang kurus tinggal tulang berbalut kulit.
Sehari-hari uwak cuma berbaring saja di tempat tidur dan sudah tidak
mampu bicara lagi. Setiap kali mencoba untuk berbicara yang keluar dari
mulutnya cuma erangan saja. Sepertinya dia menahan kesakitan yang
teramat sangat. Setiap kali kyai masuk untuk melihat keadaannya, uwak
akan langsung mengerang. Terlihat sangat marah dan matanya melotot ke
arah si kyai. Sejauh ini beberapa kyai belum mampu untuk mengusir buto
ijo itu yang telah mendarah daging dengannya.
Buto ijo itu masih
setia dengan menunggui tuannya yang sudah tidak berdaya dengan nangkring
di atas tempat tidur yang berkelambu warna hijau. Sebelum Ana masuk
untuk menjenguk uwaknya, kakaknya berpesan untuk selalu membaca ayat
kursi. Setelah masuk dan menutup pintu Ana berjalan mendekati uwaknya yang
tengah berbaring dengan muka memaling membelakangi Ana yang tengah
duduk disampingnya.
Dengan sangat hati-hati Ana memulai bicara.
“Wak,
uwak… Ini Ana, Wak.”
Uwak Ana langsung menoleh ke arahnya secara
sepontan langsung mencengkram dan menarik tangan Ana sambil mengerang
geram. Hal itu membuat Ana kaget dan ketakutan.
“Apa Wak? Ada apa, Wak?”
tanya Ana dengan bibir bergetar.
Uwak Ana terus menggerang. Cengkeraman
tangsnnya semakin kuat dan menarik Ana untuk mendekat ke arahnya. Ana
semakin ketakutan ditambah dengan kondisi uwaknya yang berambut panjang
acak-acakan dan mata melotot yang sedari tadi menggerang terus. Ana
begitu kesakitan menahan cengkeraman di tangannya. Ia berharap uwak akan
melepaskan cengkramannya.
“Iya.. iya,” jawab Ana.
Bersamaan dengan itu
tangan Ana merasa seperti kesetrum. Ana menjerit kesakitan. Secara
reflek dia langsung menarik tangannya dari cengkraman uwaknya dan buru
buru keluar meninggalkan kamar itu. Tak berselang lama uwak Ana
meninggal.. Semua orang bersujud syukur karena uwak bisa lepas dari
penderitaan hidupnya. Setelah prosesi pemakaman selesai keesokan harinya
Ana dan suami pamit untuk pulang ke kota. Sampainya di rumah, suami Ana
langsung pergi mandi. Tidak berselang lama ponsel suaminya berdering.
“Mas ada telpon!” teriak Ana Tapi tidak mendapat jawaban karena suaminya
mandi sambil bernyanyi. Ponselnya berdering hingga dua kali. Anapun
membiarkannya. Karena tidak ada yang menerima panggilan telepon itu,
tidak lama kemudian ada SMS masuk. Diambilnya ponsel suaminya dan
dibuka.
Ternyata ada pesan dari Lisa. Ana terlihat marah. Usai
suaminya mandi Ana langsung menanyakan ada hubungan apa dirinya dengan
Lisa. Tetapi suaminya malah marah-marah karena Ana tlah lancang membuka
pesan di ponselnya. Ana yang masih berdiri di pintu kamar mandi dengan
menahan emosi sambil melihat suaminya yang sedang mencuci tangan. Ketika
suaminya melihat ke kaca di depannya, dia kaget setengah mati melihat
wujud Ana yang berdiri di belakangnya telah berubah wujud menjadi buto
ijo. Tidak lama Ana berlalu meninggalkan suaminya yg masih terbengong
bengong menatapnya. Siang itu Ana hendak membuntuti kemana suaminya
pergi. Setelah beberapa saat suaminya melajukan mobil. Ana buru buru
menstater mobilnya hendak mengikuti dari belakang. Tetapi begitu mau
jalan tiba-tiba mobil Rian, tetangganya, menghadang jalannya.Ana berkali
kali membunyikan klakson mobilnya tapi Rian tidak mau beranjak pergi.
Dengan sangat emosi Ana turun dari mobil menghampiri Rian. Namun ketika
Rian melihat ke kaca spion, sesosok yg sedang berjalan menghampirinya
itu bukan Ana melainkan buto ijo. Ana langsung menghentakkan tangannya
ke pintu mobil yang kacanya tengah terbuka.
“Kamu mau mati ya!” bentak
Ana. Rian kaget dan ketakutan langsung buru buru menstater mobilnya
meninggalkan Ana. Tetapi percuma saja karena Ana telah kehilangan jejak
suaminya. Setelah berputar putar tak juga menemukan jejak suaminya.
Dengan sangat kesal Ana pulang ke rumah.
Keesokannya Ana hendak pergi ke
suatu tempat. Saat di perjalanan Ana kembali bertemu Rian yang sedang
masuk ke dalam salon bersama temannya. Ana buru-buru mengejarnya.
Akhirnya terjadilah pertengkaran antara keduanya hingga Rian mengusir
Ana keluar dari salon. Memang Ana keluar tapi tidak beranjak pergi. Ana
masih merasa kesal dengan sikap Rian kemarin. Ana yang menahan emosi
menatap tajam ke arah Rian. Ketika pemilik salon hendak memulai memotong
rambut Rian, tiba-tiba ponselnya berdering. Dia pun mengangkatnya. Rian
yang duduk sambil bersandar di kursi mengambil handuk kecil warna putih
dan menutupkannya di mukanya sambil menunggu pemilik salon selesai
menerima telpon. Sementara temannya asyik membaca koran sehingga
wajahnya nyaris terbenam ke situ. Beberapa saat kemudian, entah dari
mana datangnya, di samping Rian telah berdiri sesosok buto ijo. Gunting
yang hendak digunakan untuk memotong rambutnya tiba tiba seketika… cress!
Ternyata gunting itu justru memotong leher Rian. Darah segar muncrat
kemana-mana hingga mengenai jendela kaca tepat di depan Ana berdiri. Ana
langsung teriak histeris ketakutan dan langsung meninggalkan tempat
salon itu. Teman Rian pun panik. Dia menyangka Rian tengah melakukan
tindakan bunuh diri. Seketika salon itupun heboh. Setelah memarkirkan
mobilnya di garasi, Ana berlari masuk rumah. Ia agak heran ketika
melihat mobil suaminya sudah ada di garasi. Biasanya jam segini suaminya
belum pulang kerja.
“Mas.. Mas, kamu dimana?” teriak Ana yang masih
dilanda ketakutan.
Tapi tak mendapatkan jawaban. Ketika memasuki ruang
tamu Ana mendengar ada yang sedang bercanda di lantai atas. Dengan
sangat penasaran Ana menaiki anak tangga. Di kamar tidurnya dengan pintu
yang tidak tertutup rapat Ana mendapati suaminya tengah bersama Lisa,
sedang bercanda mesra sambil makan coklat. Ana sangat marah dengan mata
kepala sendiri menyaksikan suaminya selingkuh dengan Lisa.
Dengan
penuh emosi Ana menatap tajam ke arah mereka. Tiba tiba ada sesosok
buto ijo telah berdiri di samping suaminya dan mencekik lehernya. Lisa
begitu panik melihat teman selingkuhannya sedang mengalami sakaratul
maut.
“Mas, kamu kenapa? Kamu kenapa?” teriak Lisa sambil mengguncang
guncangkan tubuhnya.
Sesaat kemudian buto ijo itu menoleh ke arah Ana
dan itu membuat Ana tersadar. Seketika itu Ana teriak histeris ketakutan
melihat sosok buto ijo dan langsung lari keluar dari rumah. Bersamaan
dengan teriakan Ana,buto ijo itu melepaskan cengkramannya. Ana langsung
menelpon kakaknya yang di kampung dan menceritakan kejadian beberapa
hari ini yang di alaminya.
Oleh kakaknya Ana dimintanya untuk pulang
kampung hari itu juga. Disana kakaknya sudah mengundang beberapa kerabat
dan seorang kyai.
“Ana, sebelum uwak meninggal, apa uwak ada bicara
sama Ana?” tanya kakaknya.
Ana mencoba mengingatnya kembali.
“Iya kak,
ada. Tapi Ana tidak paham apa yang ingin uwak sampaikan,” jawab Ana.
Ternyata tanpa di sadari oleh Ana,buto ijo peliharaan uwaknya telah
berpindah tuan pada diri Ana. Malam itu juga Ana dirukyah. Seketika Ana
seperti orang yang tengah kerasukan makhluk halus. Dia menggeram geram
dan terus meronta- ronta. Semua orang membacakan ayat suci Alquran. Tiba
tiba suara Ana berubah menjadi berat dan datar.
“Aku tidak mau pergi.
Kalian jangan mencoba untuk mengusirku kalau kalian tidak mau mati sia
sia. Dia tuanku,” bentak Ana.
“Bukan, dia bukan tuanmu. Dia tidak mau
kamu ikuti,” jawab kyai. Mendengar jawaban kyai Ana menggeram marah dan
meronta ronta. Semua orang yg memeganginya dibuatnya kewalahan karena
tenaga Ana begitu kuat. Akhirnya oleh kyai, buto ijo itu dikeluarkan
dengan paksa. Sekilas buto ijo itu menampakkan wujudnya. Dia merangkak
di tembok dengan posisi terbalik. Semua orang bergidik ngeri melihat
wujudnya yang menyeramkan. Sebelum lenyap buto ijo itu menggeram
panjang. Bersamaan itu muncul sinar warna hijau yg berputar sesaat
kemudian jatuh di atas meja dan berubah menjadi belalang hijau. Oleh
seorang kyai belalang itu dimasukkan ke dalam gelas dan ditutup rapat.
Semasa hidupnya, uwak Ana memang terkenal orang terkaya di kampung.dia
sangat sombong dan angkuh. Orang orang sangat takut jika mempunyai
masalah dengannya.apalagi sampai membuatnya marah karena buto ijo
peliharaannya akan langsung menghabisi nyawa korban. Sudah banyak yang
menjadi korbannya.
Hal itu sama dengan yang dialami oleh Ana.
Setiap kali Ana marah maka buto ijo itu akan menampakkan wujudnya dan
menghabisi nyawa korban. Karena Ana dari awal memang tidak menginginkan
buto ijo itu ikut dengannya maka dengan mudah kyai dapat dapat
melenyapkannya. Ana bersyukur kini tak lagi di ikuti buto ijo . Meski
pada akhirnya ia kehilangan suaminya yang tetap memilih Lisa, namun
setidaknya sekarang Ana tidak perlu risau karena ulah buto ijo itu...